Penulis Khairun Niam 14 Desember 2024

Tulisan ini saya tulis setelah membaca sebuah artikel yang berjudul “Memenangkan Islam atas Seluruh Agama (Tafsir QS Al-Fath [48]:28) pada sebuah platform media keislaman online yang mana dalam tulisannya si penulis menganggap adanya kontestasi antar agama satu dan yang lain sehingga agama islam perlu untuk dimenangkan atas agama yang lain. Selain sebagai kritik, tulisan ini juga sebagai refleksi ringan bahwa kita tidak perlu menjudge benar dan salah kepada setiap agama. Sebelum itu, saya akan membahas terkait tafsir QS. Al-Fath ayat 28
هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَه بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَه عَلَى الدِّيْنِ كُلِّه ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya, dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia menggunakan (agama tersebut) atas semua agama. Cukuplah Allah sebagai saksi”.
Dalam tafsir Al-Misbah Quraish Shihab mengutip komentar bahwa yang dimaksud ayat ini adalah bahwa agama Allah telah berjaya bukan saja di Jazirah Arab, bahkan di seluruh persada dunia sebelum berlalu setengah abad dari turunnya ayat ini. Agama ini berjaya di Persia, pada masa Imperium Persia, dan dalam wilayah yang cukup luas pada Imperium Kaisar Romawi. Demikian juga di India, Cina, Asia Tenggara, di Melayu, dan Indonesia. Wilayah-wilayah tersebut merupakan bagian yang terpenting dari persada bumi ini sejak abad keenam dan pertengahan abad ketujuh Masehi.
Wahabah Az-Zuhaili dalam tafsir al-Munir menerangkan bahwa Allah mengunggulkan agama Islam atas seluruh agama yang lain dengan menghapus seluruh agama terdahulu dan memperlihatkan rusak-nya berbagai aqidah palsu. Menurut Zuhaili ayat ini mengandung sanggahan terhadap sikap Suhail bin Amr yang menolak pengggunaan Muhammad Rasulullah dalam pembukaan Perjanjian Hudaibiyah. Selain itu, ayat ini juga mengandung penentraman hati beliau, penengasan kebenaran mimpi beliau, dan berita gembir fathu mekkah. Oleh sebab itu pada ayat ini Allah berfirman لِيُظْهِرَه عَلَى الدِّيْنِ كُلِّه
Dari kedua tafsir di atas penulis berasumsi bahwa pada tafsir Quras Shihab melihat bahwa yang dimaksud dengan memenangkan Islam yaitu berjayanya Islam, tersebarnya Islam di beberapa negara barat seperti Persia, Roma, dan Asia seperti Cina, India Melayu bahkan sampai ke Indonesia. Sedangkan dari Tafsir al-Munir Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “memenangkan Islam” yaitu Islam menghapus agama-agama terdahulu dengan berbagai aqidah-aqidah palsu.
Islam Adalah Substansi Ajaran Agama
Jika ditanya terkait definisi Islam, maka kebanyakan dari kita akan menjawab, Islam adalah ajaran yang dibawah oleh Nabi Muhammad SAW. Maka pertanyaan selanjutnya adalah, ajaran apa yang dibawakan oleh nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad. Berdasarkan referensi lisan dari guru-guru yang pernah mengajari saya dulu agama yang dibawa oleh nabi sebelum Nabi Muhammad adalah agama Tauhid. Untuk menjawab itu maka penulis akan mengutip beberapa ayat dalam al-Qur’an.
اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَه مُسْلِمُوْنَ
“Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya’qub ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu : Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri”. (QS. Al-Baqarah ayat 133)
اَلَّا تَعْلُوْا عَلَيَّ وَأْتُوْنِيْ مُسْلِمِيْنَ
“Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. (QS. An-Naml ayat 31)
فَلَمَّآ اَحَسَّ عِيْسٰى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِۗ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِۚ اٰمَنَّا بِاللّٰهِۚ وَاشْهَدْ بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
“Ketika Isa merasakan kekufuran mereka (Bani Israil), dia berkata, “siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” para hawari (sahabat setianya menjawab, “ Kamilah penolong (agama) Allah. kami beriman kepada Allah dan saksikanlah sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim.”
Ketiga ayat di atas mengisahkan tentang nabi-nabi terdahulu diantaranya adalah, nabi Ya’qub, nabi Sulaiman, dan nabi Isa. Mereka (para nabi) dan para pengikutnya menyebut dirinya dengan sebutan muslimun. Jika di terjemahkan dengan bahasa hari ini maka muslimun artinya adalah orang-orang muslim, sesuai dengan ayat yang ketiga, tetapi berbeda dengan dua ayat sebelumnya yang mana muslimun diartikan dengan kata berserah diri.
Jika memang agama sebelum datangnya nabi Muhammad adalah agama tauhid, lantas mengapa al-Qur’an menyebutnya dengan kata-kata muslimun. Ini artinya tidak ada istilah ‘agama tahuid’, melainkan ajaran yang disampaikan oleh nabi terdahulu adalah ajaran Islam, baik yang diajarkan oleh Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Sulaiman dan Nabi Isa. Hal ini menandakan bahwa apa yang diajarkan oleh nabi Muhammad itu sama dengan yang diajarkan oleh para nabi sebelumnya sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an.
Akhirnya, sependek pengetahuan saya, yang dapat saya simpulkan adalah bahwa setiap agama tidak perlu untuk dibentur-benturkan ajaran dan kebenarannya baik itu agama samawi ataupun ardhi. Mengapa demikian karena meskipun secara sekte (agama) di bumi ini berbeda-beda tetapi secara keseluruhan substansi ajarannya bermuara ke satu titik yaitu Islam.
Toh jikapun ingin berkontestasi, tentu yang berkontestasi bukan agamanya melainkan ummatnya sebagaimana dalam al-Qur’an. “berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan”. Di sisi lain kontestasi agama juga dapat merusak persatuan dan kesatuan Indonesia dan juga kita menafikan adanya perbedaan yang telah Allah ciptakan. Wallahua’lam. [AA]