By Salman Akif Faylasuf 5 Juni 2024

BincangSyariah.Com– Terdapat beberapa kisah dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang menceritakan Rasulullah marah ketika melihat ada non-Muslim ditampar. Hakikatnya, Islam adalah agama rahmah, kasih sayang terhadap sesama manusia dan alam semesta serta kontra terhadap kekerasan dan agresivitas terhadap sesama manusia dan alam semesta.
Di dalam al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 107 ditegaskan:
وَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّـلْعٰلَمِيْنَ
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya [21]: 107).
Tentu saja, hal ini menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama untuk semua makhluk Allah Swt (universal), tidak terbatasi geografi, suku, bangsa, dan ras, bahkan agama juga diserukan untuk para jin dan lainnya. Wujud nyata dari pemahaman ini adalah terbentuknya pemeluk-pemeluk dan penganut agama Islam yang saleh dengan teladan utama yaitu Nabi Muhammad Saw.
Namun demikian, sampai akhir ini masih banyak yang melakukan pelanggaran-pelanggaran kekerasan. Pendek kata, di banyak pribadi Muslim sangat sedikit yang mengamalkan Islam rahmah dan kasih sayang terhadap sesama manusia, sekalipun juga di Jazirah Arab sendiri.
Tak jarang orang Muslim merasa lebih baik dari mereka yang non-Muslim, bahkan tak segan-segan mencaci dan memusuhinya. Padahal, jika ajaran kasih sayang merambah ke seantero dunia, betapa asyiknya kita hidup dalam kenikmatan demi kenikmatan.
Itu sebabnya, Nabi Saw melarang menyakiti warga non-muslim dalam segala bentuk kezaliman dan keburukan. Nabi Muhammad Saw bersabda:
أَلَا مَنْ ظَلَمَ مُعَاهِدًا أَوِ انْتَقَصَهُ أَوْ كَلَّفَهُ فَوْقَ طَاقَتِهِ أَوْ أَخَذَ مِنْهُ شَيْئًا بِغَيْرِ طِيبِ نَفْسٍ فَأَنَا حَجِيجُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Ingatlah, bahwa barangsiapa yang berbuat zalim kepada warga non-muslim, atau mengurangi haknya, atau membebaninya lebih dari kemampuannya, atau mengambil sesuatu darinya tanpa kerelaan darinya, maka aku (Nabi Muhammad Saw) akan menjadi lawannya kelak di hari kiamat”. (Sunan Abu Dawud, no. Hadits: 3054).
Dalam hadits lain disebutkan:
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَو لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَومِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، ومَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ) رَوَاهُ اْلبُخَارِي وَمُسْلِمٌ.
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra dia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari akhir maka hendaknya dia berbicara yang baik atau (kalau tidak bisa hendaknya) dia diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Tak berhenti di sini, selagi non Muslim tidak mengganggu dalam soal urusan agama serta mengusir kamu, maka berbuat baik kepada mereka tidak dilarang. Terlepas dari apapun itu motifnya, mereka non Muslim juga manusia seperti kamu yang butuh ini dan itu. Maka, menyakitinya sangat tidak dibenarkan.
لَا يَنْهٰٮكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْۤا اِلَيْهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
Artinya: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 8).
Rasulullah Marah Ketika Ada Non-Muslim Ditampar
Kisah Rasulullah marah ketika ada Non-Muslim ditampar. Hal ini sebagaimana dalam beberapa hadits, diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah marah ketika ada non-Muslim ditampar;
باب إذا لطم المسلم يهوديا عند الغضب رواه أبو هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم
حدثنا محمد بن يوسف حدثنا سفيان عن عمرو بن يحيى المازني عن أبيه عن أبي سعيد الخدري قال جاء رجل من اليهود إلى النبي صلى الله عليه وسلم قد لطم وجهه فقال يا محمد إن رجلا من أصحابك من الأنصار قد لطم في وجهي قال ادعوه فدعوه قال لم لطمت وجهه قال يا رسول الله إني مررت باليهود فسمعته يقول والذي اصطفى موسى على البشر قال قلت وعلى محمد صلى الله عليه وسلم قال فأخذتني غضبة فلطمته قال لا تخيروني من بين الأنبياء فإن الناس يصعقون يوم القيامة فأكون أول من يفيق فإذا أنا بموسى آخذ بقائمة من قوائم العرش فلا أدري أفاق قبلي أم جوزي بصعقة الطور
Artinya: “Bab menjelaskan jika Seorang Muslim Menampar Seorang Yahudi Saat Sedang Marah. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah atas izin Nabi, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian.”
“Muhammad bin Yusuf meriwayatkan kepada kami, Sufyan meriwayatkan kepada kami, atas wewenang Amr bin Yahya Al-Mazni, atas wewenang ayahnya, atas wewenang Abu Saeed Al-Khudri. Katanya Seorang laki-laki Yahudi mendatangi Nabi, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, dan dia telah ditampar wajahnya. Lalu dia mengadu kepada Nabi, “Wahai Muhammad, seorang pria sahabatmu dari Ansar telah menampar wajahku.”
“Kata Nabi: “Panggil dia.” Maka mereka pun memanggilnya. Beliau bertanya, “Mengapa kamu menampar mukanya?” Maka yang menampar menjawab, “Wahai Rasulullah, aku melewati orang-orang Yahudi dan mendengar dia berkata, “Demi Dzat yang telah memilih Musa atas manusia, dan kepada Muhammad, semoga Tuhan memberkati dia dan memberinya kedamaian,” ucapnya.
“Mendengar itu, kemudian aku diliputi amarah, maka aku menamparnya. Dia berkata: “Jangan pilih aku di antara para nabi, karena manusia akan menjadi seperti itu terkejut pada hari kiamat, dan akulah yang pertama bangun. Maka, jika aku bersama Musa, memegang salah satu tiang Arsy, aku tidak tahu apakah dia akan bangun sebelum aku atau aku yang akan bangun dikejutkan oleh keterkejutan.”
Tentu, dari sini kita bisa memetik hikmahnya. Dengan kata lain, bahwa dengan memahami nama agama Islam, seseorang dapat mengetahui bahwa Islam adalah agama yang mendambakan sebuah perdamaian, bukan pertikaian.
Kata “Assalamualaikum” adalah sebuah kata yang dianjurkan untuk disampaikan di setiap pertemuan, di mana dengan mendengarkannya seseorang dapat memahami bahwa kedamaian yang didambakan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk sesama, tanpa pandang bulu.
Oleh karena itu, prinsip perdamaian menjadi salah satu ciri khas utama dari agama Islam. Sebab, Islam lahir dari ajaran yang memuat tentang Allah (tauhid), alam semesta (hablum min al-alam) dan manusia (hablum min al-nas).
Islam adalah agama yang tidak hanya sekedar berupa doktrin peribadatan semata. Namun, lebih dari itu, Islam adalah way of life yang mampu menciptakan nilai-nilai kemanusiaan yang sesungguhnya. Wallahu a’lam bisshawaab
*) Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.