Langkah Progresif MediaLink: Membangun Kesadaran Inklusif melalui FGD Indikator Jurnalisme Inklusif

Loading

Penulis: Gresy Kristriana
Editor: Rahmatul Amalia Nur Ahsani, Program Assistant Building Resilience Against Violent Extremism INFID

Media massa memegang peran dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap suatu isu, perlunya memastikan bahwa pemberitaan yang disajikan tidak hanya mencerminkan keberagaman masyarakat, tetapi juga memperkuat nilai-nilai inklusi. Konsorsium INKLUSI yang terdiri dari berbagai organisasi seperti INFID, SETARA Institute, MediaLink, Maarif Institute, Yayasan INKLUSIF, Fatayat NU Jawa Barat, Fatayat NU Jawa Timur, dan Unika Soegijapranata, telah mengambil langkah progresif dalam mengembangkan platform Jurnalisme Inklusif sebagai upaya nyata untuk mencapai pemberitaan yang inklusif.

Pemberitaan inklusif adalah pemberitaan yang meliput dan memberitakan kelompok marginal, rentan, dan minoritas dengan memberikan perspektif yang inklusif atau terbuka kepada keberagaman dan kesetaraan, memberi ruang dan pandangan/suara, serta mengadvokasikan hak-hak dan kepentingan kelompok-kelompok tersebut[1]. Dalam bernegara pun, kerja-kerja jurnalistik negara harus menjamin kebebasan berekspresi[2]. Ini yang kemudian akan memberi ruang bagi jurnalis untuk menghasilkan karya yang Inklusif.

MediaLink sebagai bagian dari konsorsium ini juga telah melakukan media monitoring secara teratur untuk memantau bagaimana isu-isu seperti pluralisme, kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB), intoleransi, ekstremisme, radikalisme, dan politik identitas keagamaan ditangani oleh media massa. Hasilnya, ribuan pemberitaan yang mencakup berbagai format, mulai dari opini hingga berita langsung, tersebar luas di berbagai platform media.

Namun, lebih dari sekadar memberikan liputan yang inklusif, jurnalisme inklusif juga melibatkan komitmen untuk memberikan suara kepada kelompok-kelompok yang rentan dan sering kali diabaikan dalam pemberitaan mainstream. Ini mencakup memberikan ruang yang lebih besar bagi narasi dan pengalaman minoritas, serta mengangkat isu-isu yang mungkin tidak mendapat perhatian yang cukup dalam media tradisional.

Sebagai langkah selanjutnya, MediaLink bersama dengan anggota Konsorsium INKLUSI lainnya telah mengembangkan indikator penilaian untuk karya-karya jurnalistik yang memenuhi kriteria jurnalisme inklusif. Indikator ini akan membantu memastikan bahwa pemberitaan yang dihasilkan tidak hanya mencerminkan nilai-nilai inklusi, toleransi, dan perdamaian, tetapi juga memberikan ruang yang cukup bagi perspektif-perspektif yang mungkin terpinggirkan.

Pada pertemuan diskusi penetapan indikator jurnalisme inklusif, telah dihadiri oleh Dewan Pers, AJI (Aliansi Jurnalis Indonesia), AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia) dan SEJUK. Mereka bertukar pendapat mengenai penetapan indikator yang bisa dipertimbangkan. Mislanya, SEJUK menyarankan untuk menyusun indikator penghargaan melalui kategori managerial, pendidikan, pelatihan, dan komitmen jurnalisme dalam pemberitaan pada isu-isu pluralisme. AJI menyarankan penetapan indikator juga perlu memasukan nilai sustainability dan etika jurnalistik. Kemudian disusul oleh pendapat AMSI yang menyarankan untuk memasukan indikator kriteria tentang variabel keberanian dan integritas. Karya jurnalisme harus berani mengangkat isu-isu yang mengedepankan dan memunculkan nilai-nilai inklusivitas.

Berkaitan dengan kategori media massa yang perlu diverifikasi, proses verifikasi media oleh Dewan Pers bukanlah perkara mudah. Beberapa asosiasi jurnalis dan media mengakui keberadaan media non-verifikasi yang memproduksi karya jurnalistik dan mematuhi kode etik jurnalistik. Media alternatif seperti Konde.co, Independent.id, Magdalene.co, bahkan di daerah seperti Floresa.co, telah diakui karena memiliki badan hukum, jurnalis yang beroperasi secara teratur, dan patuh pada standar etika jurnalistik. Perhatian juga terhadap pers mahasiswa yang telah beralih sepenuhnya ke platform digital, menunjukkan tren penting dalam evolusi media. Dalam konteks ini, penting untuk memperhatikan keberagaman media dan memperkuat pendekatan inklusif dalam pengakuan media.

Diskusi menghasilkan beberapa kesepakatan bersama antara Konsorsium INKLUSI dengan beberapa media yang telah diundang untuk penetapan indikator. Telah disepakati bahwa tema yang diusung adalah tentang Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) dan Gender Equality Disability and Social Inclusion (GEDSI). Adapun indikator yang telah dipertimbangkan dan kemudian akan dikembangkan yaitu mencakup teknik jurnalistik, sustainability, etika jurnalistik, integritas dan keberanian. Dan juga telah disepakati bahwa penghargaan jurnalisme inklusif terbuka untuk media nasional, media daerah, media mainstream dan media alternatif (komunitas dan pers mahasiswa).

Apresiasi terhadap karya-karya jurnalistik yang memenuhi kriteria jurnalisme inklusif adalah langkah yang dibangun untuk terciptanya ekosistem media yang lebih kondusif terhadap inklusi sosial di masyarakat. Dengan memberikan penghargaan dan pengakuan kepada media dan jurnalis yang berkomitmen untuk mencerminkan keberagaman masyarakat. Tidak hanya memberikan insentif untuk produksi konten yang lebih inklusif, tetapi juga mengirimkan sinyal kepada masyarakat bahwa nilai-nilai toleransi dan inklusi adalah nilai-nilai yang dihargai dan didorong. Namun, tantangan tetap ada. Dalam menghadapi tekanan dari berbagai kepentingan dan adopsi teknologi yang terus berkembang, media massa dihadapkan pada tantangan besar dalam mempertahankan integritas dan keberagaman dalam pemberitaannya. Inilah sebabnya mengapa kolaborasi antara organisasi-organisasi seperti Konsorsium INKLUSI sangat penting. Dengan bersatu,  dapat saling mendukung dalam skena media massa untuk mempromosikan nilai-nilai inklusi dan toleransi melalui media massa yang memiliki keberpihakan terhadap kelompok marginal dan kelompok rentan.


[1] Ghufran, M. (2023). Jurnalisme Inklusif. Diakses 8 Mei 2024. https://baktinews.bakti.or.id/artikel/jurnalisme-inklusif

[2] Association For Women in Small Business Assistance. (2024). 25 Perempuan Mengikuti Pelatihan Jurnalisme Inklusif. Diakses 8 Mei 2024. https://asppuk.or.id/2024/02/25-perempuan-mengikuti-pelatihan-

jurnalisme-inklusif/

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content