Keragaman Agama dalam Bingkai Media

Loading

Oleh: Desy Salma Aeni (Kader Fatayat NU Kabupaten Kuningan, Simpul Rahima Kabupaten Kuningan, Alumni PP Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat)

Perkembangan teknologi informasi yang sangat dinamis menjadi alasan tersendiri mengapa diskursus ini selalu relevan. Ditengah sensitivitas isu-isu terkait agama di masyarakat, dunia jurnalisme agama diharapkan mampu memberi solusi pada banyak persoalan kehidupan beragama di masyarakat daripada malah menjadi bagian dari masalah. Termasuk media sosial, khususnya instagram telah menjadi platform yang bukan hanya berfungsi untuk bersosialisasi, melainkan juga pada kondisi sekarang ini sebagai kritik dan saran publik dalam menanggapi suatu fenomena.

Akhir-akhir ini, jagat maya instagram sedang diwarnai dengan suasana yang sarat moderasi beragama, seperti “war takjil”, perjumpaan/diskusi lintas iman, aksi kemanusiaan dalam balutan solidaritas, perjuangan perempuan yang bersuara terhadap keberagaman, dan masih banyak lainnya. Tentunya, ini menjadi tolak ukur bahwa masyarakat indonesia sudah mulai terbuka pandangannya terhadap keberagaman, indahnya saling berbagi & menghargai terhadap sesama.

Teman-teman bisa menjumpai konten-konten menarik & sarat makna indahnya keberagaman yang seringkali membuat terharu bahwa ajaran Tuhan memang menebarkan kasih sayang terhadap sesama. Diantara akun-akun instagram yang menyajikan indahnya toleransi & keragaman yang bisa teman-teman temui, meliputi:

  1. Mubadalah: Sebagai situs berita dan media yang berkomitmen pada keadilan relasi, Mubadalah berada di bawah naungan Fahmina yang didirikan oleh Buya Husein Muhammad. Akun ini memperkenalkan “war takjil”, sebuah trend yang menampilkan harmoni antarumat beragama, memperkuat persatuan, toleransi, dan keharmonisan sosial.
  2. Jakatarub (Jaringan Kerja Antar Umat Beragama): Media ini berfokus pada promosi toleransi dan perdamaian. Salah satu postingannya menyoroti acara “Bukber” di gereja, di mana semua kalangan berkumpul untuk berbagi, berdoa sesuai agama masing-masing, dan berbuka puasa bersama, mencerminkan semangat inklusivitas yang tinggi.
  3. Salim Bandung (Sahabat Lintas Iman Bandung): Komunitas ini terdiri dari orang muda lintas iman yang berdedikasi pada toleransi dan perdamaian. Mereka menyelenggarakan acara konsolidasi untuk memetakan masalah Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) serta Kesetaraan Gender, menunjukkan komitmen mereka terhadap masalah sosial yang kompleks.
  4. Jaringan Gusdurian: Gerakan sosial ini menyediakan ruang bagi individu, komunitas, dan organisasi yang terinspirasi oleh pemikiran Gus Dur. Ibu Sinta Nuriyah, istri Gus Dur, secara rutin mengadakan sahur dan buka puasa bersama di berbagai daerah. Acara ini menjadi platform bagi berbagai agama dan kelompok masyarakat untuk bertemu, menghargai, dan merawat kemajemukan sebagai modal berbangsa dan bernegara. Seperti yang dinyatakan Ibu Sinta, “Kemajemukan bangsa kita adalah kenyataan yang harus kita terima, jaga, dan rawat sebagai modal berbangsa dan bernegara. Sahur bersama ini adalah salah satu cara merawat kemajemukan agar kita saling menghargai dan menyayangi dalam bingkai kemanusiaan dan NKRI.”

Dengan terus mengeksplorasi dan mendukung inisiatif-inisiatif positif di media sosial, kita berkontribusi pada penguatan semangat toleransi dan keberagaman dalam masyarakat kita. Media sosial bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga kekuatan untuk mempromosikan harmoni dan pemahaman antar umat beragama. Mari kita terus dukung dan sebarkan pesan-pesan damai ini untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif dan harmonis.

    “Artikel ini memperoleh dukungan dari Fatayat NU Jawa Barat & INFID dalam rangka konsorsium INKLUSI”

    You may also like...

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Skip to content