Gandeng AMSI, MediaLink Mengadakan Diskusi Editor Media dan Kelas Jurnalis terkait Terorisme

Loading

oleh     : Ryan Richard Rihi
editor   : Syafira Khairani, Program Officer Promoting Tolerance and Respect for Diversity INFID

Dalam rangka membangun pemahaman mengenai urgensi kehadiran dan peran negara untuk korban aksi terorisme, MediaLink bersama dengan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) mengadakan Diskusi Editor Media dan Kelas Jurnalis.

Bertempat di Hotel Akmani, Gondangdia Jakarta Pusat, kegiatan yang dilaksanakan pada 26 Juli 2023 ini mengangkat tema “Terorisme Dalam Pandangan Negara, Media, dan Korban” serta menghadirkan sebanyak 18 peserta perempuan dan 22 peserta laki-laki.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan perspektif bagi kalangan media dalam kerja-kerja peliputannya sehingga mendapatkan akurasi data dan informasi yang kredibel. Secara khusus, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman kalangan pekerja media terkait isu terorisme dan dampaknya bagi negara, masyarakat, dan korban.

Hadir dalam kegiatan ini sebagai narasumber, Dr. Zora A. Sukabdi, pakar terorisme dan dosen dari Universitas Indonesia (UI) yang membahas mengenai bagaimana terorisme dan aksi-aksi kekerasannya dalam kajian akademik. Dr. Zora juga menjelaskan terkait sejarah panjang terorisme dan dampak-dampak yang ditimbulkannya.

Melalui paparannya, Dr. Zora mengelaborasi cara penanganan kasus terorisme yang terjadi di masyarakat. Menurutnya, kebijakan pemerintah saat ini kurang memperhatikan korban terorisme, yaitu mereka yang mendapatkan konsekuensi seumur hidup seperti menjadi penyandang disabilitas fisik, mengalami gangguan penyakit dalam, dan masalah psikis. Sementara itu, di sisi lain, para korban terorisme juga harus berjuang untuk mendapatkan akses BPJS Kesehatan secara gratis.

Dr. Zora juga menekankan pentingnya penggunaan pendekatan kolaboratif antara eks-napiter dan korban terorisme sebagai solusi untuk program deradikalisasi.

Diskusi ini juga turut mengundang Ir. Hamli, Wakil Ketua Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang membahas bagaimana tren terorisme di masa mendatang serta bagaimana penanganan negara terhadap aksi tersebut.

Di pihak lain, Erik Somba, Ketua AMSI Jakarta, ikut hadir untuk menguraikan bagaimana aksi terorisme dan dampaknya di mata media, termasuk hal apa saja yang membuat media tertarik untuk memberitahukan dan bagaimana seharusnya media memberitakan soal bencana terorisme tersebut. Erik juga didapuk sebagai narasumber untuk mengelaborasi bagaimana kode etik media dalam memberitakan sebuah peristiwa kebencanaan, termasuk terorisme.

Selain mengundang para ahli, diskusi ini juga melibatkan Tony Soemarno, Wakil Ketua Forum Komunikasi Aktifis Akhlakulkarimah Indonesia (FKAAI), untuk memberikan testimoninya sebagai korban aksi terorisme di Indonesia. Tony juga dihadirkan untuk memberikan pandangannya mengenai bagaimana negara seharusnya hadir melindungi korban. Menurut Tony,  perhatian negara terhadap korban terorisme, sampai saat ini masih terkesan kurang serius.

“Program asuransi BPJS yang dijanjikan, misalnya, hingga kini belum jelas. Kami pun tidak dapat mengakses sampai di mana perkembangan asuransi yang akan dibayarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT),” tutur Tony menegaskan masih lemahnya peran negara dalam perlindungan korban terorisme.

Diskusi editor media dan kelas jurnalis ini juga turut membahas mengenai Trustworthy News Indicators yang digunakan sebagai pedoman bagi media siber untuk menjunjung tinggi kode etik jurnalistik, mengedepankan kepentingan umum, serta transparansi kepemilikan.

Di sisi lain, indikator ini menekankan pentingnya media untuk menghargai keberagaman, kelompok minoritas, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM) yang dijamin dalam UUD 1945. Secara khusus, dalam kaitannya dengan isu terorisme, indikator ini juga mengetengahkan bagaimana media tidak memberitakan secara demonstratif dan/atau mendukung aksi terorisme dan rasisme.

Oleh karenanya, Trustworthy News Indicator ini menjadi serangkaian panduan sikap, langkah, dan tindakan bagi seluruh lini pengelola media yang dimaksudkan untuk membangun dan merawat tingkat kepercayaan publik baik pembaca maupun pemasang iklan.

Dari diskusi dan kelas jurnalis yang diadakan ini, para peserta melihat dan memahami bahwa terorisme selalu meninggalkan bekas luka mendalam pasca kejadian, terutama bagi masyarakat yang terkena dampak. Hal ini karena aksi terorisme selalu menimbulkan akibat yang serius, baik itu dalam bentuk penderitaan fisik, psikologis, psikososial, ataupun harta benda.  Tidak hanya itu, dipahami juga bagaimana aksi terorisme juga ternyata kerap menimbulkan situasi kondisi teror yang mencekam seluruh lapisan masyarakat.

Selain itu, pertemuan ini juga membongkar bagaimana media kerap melihat isu terorisme. Dalam hal ini, diketahui bahwa ternyata yang terjadi adalah media kerap hanya melihat terorisme sebagai sebuah peristiwa. Di sisi lain ada glorifikasi pelaku yang dilakukan oleh media. Perhatian yang diberikan media lebih banyak diarahkan pada pelaku dan bukan korban. Padahal, dalam aksi-aksi terorisme, banyak korban yang muncul, bahkan yang berdampak panjang hingga seumur hidupnya.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content