Fatayat NU Jawa Barat Dorong Orang Muda dalam Giat Promosi Toleransi dan Kesetaraan

Loading

Penulis: Gresy Kristriana

Editor: Naztia Haryanti, Consultant for Campaign INKLUSI

Gambar 1: Kegiatan FGD Penyusunan Buku Bunga Rampai pada 26 Juli 2025 di Bandung, Jawa Barat
Sumber: Arsip Dokumentasi Fatayat NU Jawa Barat

Bandung, 26 Juli 2024 – Fatayat NU Jawa Barat bersama peserta alumni dari Pelatihan Jurnalistik Inklusif: Jurnalisme Inklusif untuk Kebangsaan dan Kesetaraan pada tahun 2024 telah mengadakan pertemuan untuk membahas pengembangan tulisan artikel dan FGD rencana penyusunan Buku Bunga Rampai.

Pengembangan tulisan dengan peserta yang berlangsung pada Sabtu, 20 Juli 2024 telah dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting. Pertemuan ini menghadirkan suasana yang hangat dan reflektif. Dipandu oleh fasilitator Risdo Simangunsong dan Siti Latifah, para peserta diajak menyelami artikelnya masing-masing dengan topik keberagaman, kesetaraan gender, dan inklusi sosial melalui pendekatan yang partisipatif dan penuh empati. Sejak awal, Risdo menggarisbawahi pentingnya proses belajar yang bukan hanya kognitif, tetapi juga mengandalkan emosional. “Yang penting bukan hanya soal tahu, tapi berani merasa dan berpihak,” ujar Risdo membuka sesi.

Selain membongkar bias dan prasangka, para fasilitator juga turut serta memantik peserta dengan memberikan umpan balik dan rekomendasi di masing-masing tulisan peserta. Pertemuan ini juga mendorong peserta berpikir kritis dan strategis dalam merancang tindakan nyata di dalam tulisan mereka masing-masing. Melalui studi kasus, peserta berlatih menyusun intervensi sosial yang inklusif dan sensitif terhadap keberagaman. Risdo menyampaikan, “Perubahan itu bukan hanya soal pengetahuan, tapi juga komitmen jangka panjang yang dimulai dari diri sendiri.”

Setelah melewati berbagai proses pendalaman pengkajian tulisan oleh para peserta yang dibimbing oleh fasilitator. Para peserta dipertemukan kembali di dalam FGD penyusunan publikasi artikel oleh Fatayat NU Jawa Barat pada 26 Juli 2024 di PW JQH NU Jawa Barat dalam penyusunan Buku Bunga Rampai.

FGD terbagi menjadi dua sesi yang masing-masing dipandu oleh satu fasilitator. Latar belakang penyusunan buku Bunga Rampai yaitu bertujuan untuk mendokumentasikan pengalaman peserta di dalam membangun toleransi, keadilan gender dan inklusivitas agar dapat menginspirasi masyarakat yang lebih luas.

“Sebagaimana kita tahu, kasus kekerasan atas nama agama masih tinggi. Data dari Setara Institute menunjukkan peningkatan kasus di tahun 2023 dibanding 2011. Padahal, perlindungan atas kebebasan beragama telah diatur dalam UUD 1945 dan UU HAM. Dalam praktiknya, berbagai pelanggaran seperti pelarangan aktivitas keagamaan, perusakan tempat ibadah, hingga ujaran kebencian masih terjadi, dengan dampak terbesar dirasakan perempuan dan anak-anak.” Jelas Hanipah Apriliani dari Fatayat NU Jabar dalam urgensi membangun praktik narasi-narasi keberagaman yang positif di masa kini.

Melalui Buku Bunga Rampai ini, Fatayat NU sebagai bagian dari Nahdatul Ulama berkomitmen menegakkan nilai-nila islam yang berkeadilan dan menolak kekerasan berbasis gender maupun SARA. Dari 25 peserta, terkumpul 22 tulisan yang telah melalui proses review. Dalam sesi pertama FGD tersebut, peserta dan fasilitator diajak mendiskusikan tentang struktur isi buku yang menghasilkan empat rekomendasi, nantinya hasil rekomendasi ini akan dipadupadankan menjadi satu struktur yang utuh untuk Buku Bunga Rumpai.

Sesi kedua dalam FGD berlanjut membahas draft tulisan-tulisan peserta dalam buku Bunga Rampai yang menunjukkan apresiasi yang tinggi terhadap kekayaan pengalaman dan perspektif yang diangkat, terutama dalam mendorong nilai-nilai toleransi. Tulisan Neli Purnamasari dari Fatayat NU Kabupaten Bandung, mendapat dukungan karena mengangkat isu intoleransi di Depok dan peran strategis Fatayat NU. Beberapa peserta menekankan pentingnya penggunaan data terbaru serta pendekatan personal dalam penulisan agar lebih menyentuh dan relevan. Sementara itu, tulisan Handika Praba dari Swara Saudari dan Andi Ilyas dari Ansor Kabupaten Tasikmalaya, dinilai kuat secara emosional dan relevan dengan konteks moderasi beragama, meskipun disarankan untuk memperkaya argumen dengan data atau penjabaran lebih dalam mengenai dampak dan keberlanjutan perubahan.

Tulisan-tulisan lain seperti milik Ai Sulastri mewakili Fatayat NU Cianjur, Dhilla dari Fatayat NU Kota Tasikmalaya, dan Paridah dari Fatayat NU Kabupaten Bandung, mendapatkan apresiasi karena secara spesifik mengangkat perjuangan personal dan komunitas dalam menghadapi diskriminasi namun mereka juga perlu mendorong agar narasi dilengkapi dengan detail konkret, testimoni, atau bentuk kolaborasi nyata yang memperkuat cerita. Sementara tulisan Raka mewakili Sunda Wiwitan dan Wulany dari Fatayat NU Kabupaten Bandung Barat, mendapat umpan balik bahwa tulisannya sudah memiliki struktur dasar yang baik, namun disarankan untuk memperjelas alur dan memperdalam refleksi pribadi agar transformasi pemikiran lebih terasa. Beberapa masukan juga menyoroti pentingnya gaya penulisan yang personal, naratif, dan menghidupkan imajinasi pembaca agar buku ini tidak hanya informatif, tetapi juga menggugah para pembacanya.

Pengembangan tulisan dan FGD Penyusunan Buku Bunga Rampai merupakan lanjutan kegiatan pelatihan Jurnalistik Inklusif yang digagas oleh Fatayat NU Jawa Barat. Rangkaian kegiatan ini merupakan bagian dari aktivitas Program INKLUSI yang diselenggarakan oleh konsorsium lembaga masyarakat sipil yang bertujuan untuk pemberdayaan kepemimpinan dalam memperkuat Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) dan menjadikan masyarakat tangguh, memiliki pemahaman inklusivitas dan kesetaraan.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content