SETARA Institute adalah organisasi perkumpulan yang didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat setara, plural, dan bermartabat. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, perhimpunan melakukan promosi, kajian, dan pendidikan publik terkait dengan pluralisme, kemanusiaan, demokrasi, Hak Asasi Manusia dan perdamaian. Sejak awal didirikan pada 2005 dan beroperasi pada 2007, SETARA Institute meletakkan isu penghapusan diskriminasi menuju kesetaraan dalam segala aspek sebagai kondisi yang menjadi raison de etre kehadiran perhimpunan ini. Sedangkan tata sosial politik yang
demokratis merupakan infrastruktur dan kondisi politik yang memungkinkan kinerja penghapusan diskriminasi dalam suatu negara bisa beroperasi. Karena itu, penguatan tata sosial politik
yang demokratis merupakan area yang juga menuntut intervensi.
Sebagai bagian dari mandat organisasi, SETARA rutin dalam melakukan monitoring kondisi kebebasan beragama/berkeyakinan di Indonesia. Dalam temuan SETARA, salah satu faktor dari berbagai catatan peristiwa pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan adalah belum masifnya pengarusutamaan
ekosistem toleransi dan inklusi. Untuk menumbuhkan ekosistem toleransi dan inklusi, SETARA meyakini dibutuhkan tiga jenis kepemimpinan yang saling bersinergi, yakni kepemimpinan politik (political leadership), kepemimpinan birokrasi (bureaucratic leadership) dan kepemimpinan sosial (societal
leadership) yang bekerja dengan software tata kelola pemerintahan yang inklusif (inclusive governance). Untuk itu, SETARA Institute dengan didukung oleh Konsorsium INKLUSI yang terdiri dari INFID, Fatayat NU Jawa Barat, Fatayat NU Jawa Timur, Media Link, Unika Soegijapranata, dan Yayasan Inklusif, telah melakukan serangkaian kegiatan advokasi pemajuan toleransi dan inklusi baik yang menyasar pada elemen pemerintah maupun elemen masyarakat sipil di 5 (lima) daerah yaitu Kota Semarang, Kota Bogor, Kota Bandung, Kota Makassar, dan Kota Medan.
Buku ini disusun untuk mendokumentasikan cerita perubahan dari hasil advokasi yang dilakukan oleh SETARA Institute maupun program Konsorsium INKLUSI secara keseluruhan. Pendokumentasian cerita-cerita sukses dalam buku ini juga diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi pembentukan kebijakan, pengembangan strategi advokasi, serta desain program-program baru di masa depan. Dengan menghimpun keberhasilan dan catatan dari berbagai wilayah, narasi yang disajikan diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang keberagaman tantangan dan peluang dalam mendorong toleransi dan inklusi sosial di berbagai konteks geografis dan sosial.
Terakhir, SETARA Institute mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang turut memperkaya perspektif penulisan riset. SETARA Institute menyadari adanya kekurangan terhadap penyusunan buku ini. Untuk itu, SETARA Institute mengharapkan masukan-masukan dari para pihak, terutama akademisi, aktivis, dan publik secara umum demi perbaikan penulisan kedepannya.