Kisah Ali bin Abi Thalib Menghormati Lansia

Loading

By Salman Akif Faylasuf 4 Juni 2024

BincangSyariah.Com– Ali bin Abi Thalib, sahabat Nabi Muhammad yang mulia, terkenal dengan akhlaknya yang mulia dan rasa hormatnya yang tinggi kepada orang lain, termasuk kepada lansia. Berikut adalah salah satu kisah Ali bin Abi Thalib menghormati lansia saat hendak shalat ke Masjid.

Kisah Ali bin Abi Thalib Menghormati Lansia

Diceritakan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra pergi ke masjid dengan bergegas untuk melakukan salat berjamaah subuh. Dalam perjalanannya, beliau bertemu seorang tua yang berjalan di depannya dengan tenang dan anggun di gang jalan.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra tidak berani mendahului karena memuliakan dan menghormati orang tua tersebut sebab ubannya, sampai waktu terbit matahari tiba. Ketika orang tua tersebut dekat pintu masjid, ia tidak masuk ke dalam masjid, maka tahulah Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra bahwa orang tua tersebut adalah orang Nasrani.

Kemudian Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra masuk ke dalam masjid dan mendapatkan Rasulullah Saw dalam keadaan ruku’. Setelah Rasulullah Saw selesai melakukan salat, para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa Rasulullah memanjangkan ruku’ dalam salat ini? Rasulullah belum pernah melakukan seperti ini!” Rasulullah Saw bersabda: “Pada waktu saya ruku’ dan membaca: “Subhana rabbiyal adhimi” (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung).

Sebagaimana wiridanku, lanjut sabda Nabi, dan aku ingin mengangkat kepalaku, namun datanglah Malaikat Jibril dan meletakkan sayapnya di atas punggungku dan memegang saya dalam waktu yang lama. Tatkala Jibril mengangkat sayapnya, maka aku mengangkat kepalaku. Para sahabat berkata: “Mengapa Malaikat Jibril melakukan ini?” Rasulullah Saw bersabda: “Aku tidak bertanya tentang hal tersebut!”

Kemudian Jibril datang dan berkata: Wahai Muhammad! Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib bergegas untuk melakukan salat berjamaah; kemudian di jalan bertemu dengan seorang Nasrani, sedangkan ia tidak tahu bahwa orang tersebut adalah orang Nasrani. Ia menghormatinya karena ubannya dan tidak berani mendahuluinya.

Akhirnya, Allah Swt kemudian memerintahkan kepadaku untuk memegangi engkau dalam keadaan ruku’, agar Ali dapat mengikuti jamaah salat subuh besertamu. Allah memerintahkan kepada Malaikat Mikail untuk memegangi matahari dengan sayapnya, sehingga matahari tidak terbit karena penghormatan Ali kepada orang tua itu.

Rasulullah Saw bersabda: “Penyayang bukanlah orang yang menyayangi dirinya dan keluarganya secara khusus, tetapi penyayang adalah orang yang menyayangi orang-orang muslim.”

Kemudian Rasulullah Saw bersabda lagi: “Barang siapa yang mengusap kepala anak yatim, maka setiap rambut yang dijangkau oleh tangannya akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat.”

Hal ini juga senada dengan hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

وعن أنس بن مالك أنه قال قال رسول الله ﷺ: إن الله تعالى ينظر إلى وجه الشيخ صباحا الشيخ صباحا ومساء ويقول يا عبدي قد كبر سنك ورق جلدك ودق عظمك واقترب أجلك وحان قدومك إلى فاستحي مني فأنا أستحي من شيبتك أن أعذبك في النار.

Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala memandang ke wajah orang yang sudah tua pada waktu pagi dan petang seraya berfirman: “Wahai hamba-Ku, umurmu sudah tua, kulitmu sudah berkeriput, tulangmu sudah rapuh, ajalmu sudah dekat, dan sudah tiba saatnya engkau menghadap kepada-Ku. Oleh karena itu malulah engkau kepada-Ku, niscaya Aku malu menyiksa engkau dalam neraka karena ubanmu.”

Nah berikut riwayat tentang kisah sahabat Ali bin Abi Thalib menghormati orang lansia (tua);

(وحكي) أن عليا كان يذهب إلى الجماعة لصلاة الفجر مسرعا فلقي شيخا في الطريق يمشي قدامه على السكينة والوقار في سلك الطريق فما مر علي تكريما له وتعظيما لشيبته حتى حان وقت طلوع الشمس فلما دنا الشيخ من باب المسجد لم يدخل فيه فعلم علي أنه من النصارى فدخل المسجد فوجد رسول الله ﷺ في الركوع وسلم في الركوع فلما فرغ من صلاته قالوا يا رسول الله لم طولت الركوع في هذه الصلاة ما كنت تفعل مثل هذا فقال رسول الله ﷺ لما ركعت وقلت سبحان ربي العظيم كما كان وردي وأردت أن وردي وأردت أن أرفع رأسي جاء جبريل ووضع جناحه على ظهري وأخذني طويلا فلما رفع جناحه رفعت رأسي فقالوا لم فعل هذا فقال ما سألته عن ذلك فحضر جبريل وقال يا محمد إن عليا كان يستعجل للجماعة فلقي شيخا نصرانيا في الطريق ولم يعلم أنه نصراني فأكرمه لأجل شيبته وما مر عليه فأمرني الله تعالى أن أخذك في الركوع حتى يدرك معك على صلاة الفجر وأمر الله تعالى ميكائيل أن يأخذ الشمس بجناحه حتى لا تطلع بحرمة علي قال رسول الله ﷺ: ليس الرحيم الذي يرحم ليس الرحيم الذي يرحم نفسه وأهله خاصة ولكن الرحيم الذي يرحم المسلمين وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من مسح على رأس يتيم كان له بكل شعرة تمد عليها يده نور يوم القيامة.

Tak keliru jika dikatakan, menghormati dan berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tua (lansia) adalah salah satu hal terpenting kedua setelah menyembah Allah Swt. Dengan kata lain, durhaka terhadap kedua orang tua merupakan salah satu dosa besar yang sangat besar. Kecuali jika orang tua, atau siapapun itu mengajak kepada kejelekan, apalagi sampai pada tindakan menyekutukan Allah Swt (syirik), maka jangan diikuti. 

Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa Ali bin Abi Thalib selalu menghormati orang lain, termasuk kepada lansia. Beliau tidak hanya menghormati orang tua, tetapi juga menghormati semua orang yang lebih tua darinya. Sikap ini patut kita contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Anjuran Menghormati Lansia dalam Islam

Sebagai umat Islam, kita diwajibkan untuk menghormati orang tua dan orang yang lebih tua dari kita. Hal ini karena mereka telah banyak berjasa kepada kita dan kepada masyarakat. Kita harus selalu menghormati mereka dengan cara berbicara yang sopan, membantu mereka ketika mereka membutuhkan bantuan, dan selalu mendoakan mereka agar selalu sehat dan panjang umur.

Sudah mafhum, bahwa Islam adalah agama yang dirahmati Allah bagi umat manusia di muka bumi ini. Agama Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berbuat baik kepada sesama manusia melalui jalan-jalan yang ditunjukkan melalui al-Qur’an dan hadits. Oleh sebab itu, sebagai umat muslim yang baik, hendaklah harus taat dan patuh terhadap ajaran agamanya.

Pandangan untuk dan agar selalu berbuat baik kepada sesama manusia sebenarnya sudah dijelaskan dalam al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 7, Allah Swt berfirman:

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗ وَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَا ۗ فَاِذَا جَآءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗٓئُوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا

Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidilaqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai.” (QS. Al-Isra’ [17]: 7).

Sementara itu, mengenai peduli terhadap lansia didasarkan pada firman Allah dalam al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 23:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا ۗ اِمَّا يَـبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَاتَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra’ [17]: 23).

Kita tahu, bahwa lansia (lanjut usia) adalah masa atau periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode atau proses alamiah yang mau tidak mau harus dialami oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan.

Usia seseorang biasanya dipengaruhi oleh perubahan fisik secara normal. Ciri-ciri ini bisa diamati dari perubahan kulit yang mulai mengerut dan mengeriput, rambut mulai memutih dan terhentinya proses pertumbuhan organ tubuh.

Sebab kita peduli terhadap lansia, selain karena menghormati dan menyayangi, juga karena mereka pada lansia akan dikembalikan menjadi lemah seperti keadaan semula. Pendek kata, ia seperti anak-anak lagi. Di dalam al-Qur’an dinyatakan:

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُـنَكِّسْهُ فِى الْخَـلْقِ ۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ

Artinya: “Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?” (QS. Yasin [36]: 68).

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content