Menjaga Warisan: Penghargaan terhadap Budaya Lokal di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka

Loading

Oleh: Noer Syarifah DM, S.Pd.I., MM

Budaya Lokal di Cigasong: Kekayaan yang Terus Hidup

Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengkap, adalah wilayah yang kaya dengan tradisi dan budayanya. Budaya di wilayah ini terus diwariskan, ditafsirkan, dan dilaksanakan seiring dengan perubahan sosial di masyarakat. Nilai-nilai yang terus menerus dipraktikan menjadi bukti legitimasi terhadap budaya masyarakat itu sendiri.

Clifford Geertz mengatakan bahwa kebudayaan adalah ‘pola dari pengertian-pengertian atau makna yang terjalin dalam simbol-simbol yang ditransmisikan secara historis, suatu sistem mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik, yang dengan cara tersebut manusia berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan serta sikap mereka terhadap kehidupan’. Pernyataan Geertz itu menunjukan bahwa budaya merupakan hasil karya manusia yang membentuk sikap mereka melalui proses pembelajaran dan proses komunikasi; yang kemudian diwariskan ke generasi-generasi selanjutnya.

Warisan Budaya di Kecamatan Cigasong

Masyarakat Cigasong adalah salah satu bukti dari bagaiman proses pembelajaran, komunikasi, dan pewarisan budaya itu terjadi. Hal tersebut bisa dilihat dari bagaimana masyarakat di kecamatan tersebut masih tetap melestarikan kebudayaan mereka yang kaya dan beragam. Budaya tradisional itu tampak sebagai suatu hal yang kokoh, bahkan meskipun terpaan budaya modern terus menerus merongrong masyarakat. Pelestarian yang dilakukan oleh mereka juga menjadi tanda bahwa tak hanya pelestarian tradisi, tapi identitas masyarakat setempat pun menjadi kokoh dan menjadi kebanggaan tersendiri. Beberapa warisan-warisan budaya yang bisa kita lihat antara lain: kesenian tradisional, kerajinan tangan, produk unggulan lokal. Pertama, Kesenian Tradisional. Kita bisa melihat ekspresi perawatan budaya itu dari beberapa kesenian tradisional yang ada di masyarakat tersebut, misanya terdapat Barongsai bilik dari Desa Karayunan, helaran sampyong, dan pencak silat dari Desa Baribis, Tenjolayar, Batujaya, dan Simpeureum masih sering dipentaskan di berbagai acara, baik lokal maupun regional. Tari Jaipong dengan gerakannya yang dinamis dan energik sering kali menjadi daya tarik utama dalam festival budaya. Wayang Golek, dengan cerita-cerita epik dan nilai-nilai moral yang disampaikan, tetap menjadi hiburan sekaligus media edukasi bagi masyarakat.

Gambar. 1
Helaran Sampyong Kecamatan Cigasong

Kedua, Kerajinan Tangan. Kerajinan tangan yang khas yang dibuat oleh masyarakat Cigasong adalah anyaman bambu. Tak hanya berkaitan dengan aspek estetis, kerajinan tangan ini juga telah membantu masyarakat lokal secara ekonomi.

Gambar. 2
Anyaman Bambu Desa Karayunan

Ketiga, Produk Unggulan Lokal Desa. Produk lain yang khas dan menjadi unggulan masyarakat Cigasong adalah lilin dari minyak jelantah (Lincah). Selain Lincah ada juga golok Simeut Pelem, yang merupakan hasil kreasi pandai besi dari kelurahan Simpereum.

Upaya Pelestarian Budaya Lokal

Mengapa tiga bentuk ekspresi budaya itu tetap bertahan sampai saat ini? Karena warisan-warisan tersebut terus dilestarikan oleh masyarakat Cigasong dengan beberapa cara. Tiga cara tersebut antara lain: pendidikan dan pelatihan, festival budaya, dan kolaborasi dengan pihak eksternal.

Pertama, Pendidikan dan Pelatihan. Sebagai bentuk upaya pelestarian warisan budaya, sekolah-sekolah yang ada di daerah Cigasong telah mengintegrasikan ajaran budaya lokal dengan kurikulum sekolah. Sehingga, setiap murid yang belajar di sekolah-sekolah tersebut dapat terdorong untuk mencintai warisan budaya. Selain itu, terdapat juga pelatihan kesenian dan kerajinan tangan yang diadakan secara rutin, sehingga masyarakat setempat memiliki kemampuan untuk terus mewariskan produk budaya mereka.

Kedua, Festival Budaya. Selain pendidikan dan pelatihan, masyarakat Cigasong juga sering menyelenggarakan festival budaya secara berkala, sebagai bentuk promosi dan perayaan kekayaan budaya yang mereka miliki. Festival ini tidak hanya menarik minat wisatawan, tapi juga menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat lokal. Biasanya, festival ini diadakan bersamaan dengan perayaan hari besar nasional, seperti Hari Kemerdekaan RI, Sumpah Pemuda, Hari Kartini, dan hari-hari peringatan lainnya.Ketiga, Kolaborasi dengan Pihak Eksternal. Strategi lain pewarisan budaya yang dilakukan oleh masyarakat lokal adalah dengan membangun kolaborasi dengan pihak eksternal seperti, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan sektor swasta. Pihak-pihak tersebut berkontribusi dalam pemberian bantuan dana, pelatihan, dan promosi budaya lokal yang ada di kecamatan Cigasong.  Dalam menjalin kolaborasi yang baik ini, Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka menjunjung slogan “Sareundeuk Sa-Igel” (yang artinya bersama-sama saling bahu-membahu) untuk mewujudkan Cigasong yang kompak.

Gambar. 3
Sinergi Aktor-aktor Pelaksana

Penutup

Pewarisan budaya, sekaligus penghargaan terhadap nilai-nilai tradisional yang ada di masyarakat Cigasong merupakan langkah terbaik, dalam pemertahanan tradisi dan kesenian lokal yang ada di masyarakat tersebut. Laku-laku tersebut telah berhasil mempertahankan identitas, kohesi sosial, dan kesejahteraan komunitas. Upaya pelestarian ini tentu tidak hanya menjadi tanggung jawab masyarakat Cigasong itu sendiri, tapi juga turut mesti melibatkan pihak eksternal.

“Artikel ini memperoleh dukungan dari Fatayat NU Jawa Barat & INFID dalam rangka konsorsium INKLUSI”

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Skip to content