Penulis: Gresy Kristriana
Editor: Rahmatul Amalia Nur Ahsani, Program Assistant Building Resilience Against Violent Extremism INFID
Dalam memonitor kebebasan beragama di Indonesia, SETARA Institute menemukan tren pelanggaran kebebasan beragama yang tinggi dalam lima tahun terakhir. Bibit intoleransi dan ancaman terhadap perdamaian muncul di sektor pendidikan, pemerintah, organisasi, dan media. Merespons kondisi ini, SETARA Institute mengadakan pelatihan untuk jurnalis tentang Jurnalisme Inklusif.
Pelatihan Jurnalisme Inklusif diadakan di Yogyakarta pada 14-16 Agustus 2023. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas jurnalis dalam menangani isu-isu terkait dan menghasilkan pemberitaan yang inklusif, mendukung keberagaman, toleransi, dan perdamaian. Kegiatan ini juga diharapkan dapat mempromosikan nilai-nilai jurnalisme inklusif secara luas dan menciptakan ekosistem media yang kondusif di masyarakat.
Dinamika Pemberitaan pada Isu Disabilitas
Dalam diskusi tentang jurnalisme inklusif, para peserta menyoroti berbagai tantangan dan potensi terkait liputan isu-isu sensitif seperti kesetaraan gender, hak asasi manusia, dan kelompok minoritas. Mereka menekankan pentingnya media dalam memberikan suara kepada mereka yang seringkali tidak terdengar dalam narasi mainstream.
Salah satu titik fokus adalah isu disabilitas, di mana para peserta menyoroti kurangnya sensitivitas di beberapa media besar terhadap masalah ini. Mereka mencatat bahwa, meskipun ada kemajuan dalam menerapkan jurnalisme inklusif, masih banyak narasumber disabilitas yang dipandang sebagai objek yang tidak berdaya, bukan sebagai individu yang memiliki potensi.
Tantangan lainnya adalah kesulitan dalam menciptakan kesepahaman antara jurnalis dan redaksi, terutama terkait pemberitaan isu-isu yang membutuhkan pendekatan inklusif. Namun demikian, mereka juga mengakui bahwa ada perkembangan positif di media independen lokal dan platform seperti Narasi, yang telah memberikan perhatian yang lebih besar terhadap isu disabilitas.
Dalam upaya memperbaiki paradigma dan memberdayakan individu-individu yang terpinggirkan, peserta sepakat bahwa tugas media tidak hanya memberi ruang untuk suara mereka, tetapi juga untuk membangun kesadaran akan potensi mereka. Ini merupakan bagian integral dari praktik jurnalisme inklusif yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua.
Jurnalisme dan Sensitivitas Gender Dalam pelatihan ini, peserta diajak untuk mengenal tentang sensitivitas gender atau jurnalisme peka gender adalah pendekatan dalam meliput berita yang memperhatikan dan menghindari stereotip gender. Fenomena pemilihan kata dalam judul berita acap kali mengalami bias gender dan tidak responsif gender. Jurnalisme peka gender merupakan usaha untuk mendorong praktik menghasilkan konten yang adil bagi laki-laki dan perempuan, serta sensitif terhadap ketidakadilan gender.